Thursday, 31 January 2013

Mbak Atik yang Kesepian 3

Denyutan demi denyutan di tubuh kami kemudian melemah. Aku berguling ke sampingnya. Dikecupnya bibirku, dan tanganya mengusap pipiku.

"Terima kasih To. Kamu luar biasa. Kamu sangat perkasa, begitu nikmat dan indah. Kenikmatan yang sangat luar biasa. Thanks," katanya lembut.

Karena kamar mandi ada di luar rumah, maka aku tidak membersihkan diri ke kamar mandi.

"Kamu disini saja, nanti aku mandiin. Kalau keluar ke kamar mandi nanti kelihatan orang bisa berabe"

Mbak Atik mengambil handuk yang dipakai untuk menyeka tubuhku tadi dan kini penisku yang disekanya sampai bersih. Mbak Atik keluar ke kamar mandi dan kembali dengan seember air. Setelah menyeka badanku sekali lagi, aku kencing di dalam ember karena aku punya kebiasaan buang air kecil sehabis bercinta, sementara itu ada resiko ketahuan tetangga jika aku harus ke kamar mandi di belakang rumahnya.

Kami berbaring berdampingan sambil berpelukan. Kepalanya diletakkan di atas dadaku. Sejam telah berlalu dan kurasakan sebuah benda padat lunak menekan dadaku. Kucium leher dan ketiaknya yang dicukur bersih.

"Kamu mau lagi..?"

Kudaratkan sebuah kecupan pada bibirnya. Kuamat-amati tubuhnya yang lumayan aduhai. Kulitnya kuning bersih dengan pantat besar dan menonjol ke belakang, sementara di dadanya ada segunduk daging yang bulat dengan tonjolan coklat muda yang berdiri tegak.

Bibirnya mendarat di bibirku. Kali ini ia menciumiku dengan ganas. Akupun membalas dengan tak kalah ganasnya. Kuremas buah dadanya dengan keras. Beberapa saat kemudian kami sudah berpelukan dan bergulingan di atas ranjang besar yang empuk.

Aku menindih dan menjelajahi sekujur tubuhnya. Ia menggeliat-geliat hebat dan mengerang. Mulutnya mendekat ke telingaku dan berbisik, "Ouuhh.. Anto.. Terserah kamu. Lakukan sesukamu. Yang penting berikan aku kenikmatan puncak"
"Aku akan mengajakmu berpacu dalam birahi dan tenggelam dalam badai kenikmatan yang luar biasa.." kataku membalas bisikannya.

Dari dada, lidahku pindah ke samping menyusuri pinggul dan pinggangnya, ke arah perut dan pahanya. Aku mencoba untuk mendekatkan hidungku ke sela pahanya Mbak Atik meronta hebat sewaktu tanganku memainkan puting buah dadanya. Tangannya terlepas dan hidungku kutempelkan di bibir vaginanya. Tercium aroma yang harum dan segar.

Bulu kemaluannya cukup lebat. Meskipun kulitnya putih, namun bibir vaginanya berwarna kehitaman dan ditumbuhi rambut agak jarang. Kubuka bibir vaginanya dengan telunjuk dan ibu jari, terlihat bagian dalam vaginanya yang kemerahan dan mulai basah oleh lendir yang melumasinya.

Kini lidahku menyusup ke dalam vaginanya. Kulebarkan pahanya dan aku semakin leluasa mempermainkan klitorisnya. Mbak Atik meregang dan meronta menahan kenikmatan yang kuberikan.

"Ouhh To.. Ayo.. Teruskan.. Lagi. Sudah lama aku ingin merasakan hal ini," ia mengerang.

Lidahku menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan bermain dengan dinding vagina, klitoris dan lorong kenikmatannya. Sementara bibirku menyapu bibir vaginanya, maka lidahku menjilat klitorisnya dengan sentuhan ringan. Mbak Atik meremas rambutku dan memekik tertahan, "Auww, aku tak tahan lagi.."

Kurasakan klitorisnya sedikit membesar dan berkilat-kilat. Kujepit klitorisnya dengan bibirku dan kukeraskan jepitanku. Pahanya semakin kuat menjepit kepalaku.

Ia mengerang, "Please, Ayo sekarang.. To. Aku tak tahan lagi.. Ayoo!!"

Bibirku naik ke leher dan menjilatinya. Elusan tanganku pada pinggangnya membuat ia meronta kegelian. Kuhentikan elusanku dan tanganku meremas lembut buah dadanya dari pangkal kemudian ke arah puting. Kumainkan jemariku dari bagian bawah, melingkari gundukannya dengan usapan ringan kemudian menuju ke arah putingnya. Sampai batas puting sebelum menyentuhnya, kuhentikan dan kembali mulai lagi dari bagian bawah.

Kugantikan jariku dengan bibirku, tetap dengan cara yang sama kususuri buah dadanya tanpa berusaha mengenai putingnya. Kini ia bergerak tidak karuan. Semakin bergerak semakin bergoyang buah dadanya dan membuat jilatanku makin ganas mengitari gundukan mulus itu. Setelah sebuah gigitan kuberikan di belahan dadanya, bibirku kuarahkan ke putingnya, tapi kujilat dulu daerah sekitarnya yang berwarna merah sehingga membikin Mbak Atik menjerit penasaran dan gemas.

"To.. Jangan permainkan aku.. Cepat isap.. Isap sayy.. Antoo," pintanya.

Aku masih ingin mempermainkan nafsunya dengan jilatan halus di putingnya yang makin mengeras itu. Mbak Atik mendorong buah dadanya ke mulutku, sehingga putingnya langsung masuk, dan mulailah kukulum, kugigit kecil serta kujilat bergantian. Tanganku berpindah dari pinggang ke vaginanya yang semakin basah.

Jariku tengah kiriku kumasukkan ke dalam vaginanya dan tidak lama sudah menemukan apa yang kucari. Lumatan bibirku di puting Mbak Atik makin ganas. Ia berusaha mengulingkan badanku tetapi kutahan.

"Aagh.." ia memekik-mekik. Kucium lagi bibir dan lehernya. Penisku makin membesar dan mengganjal tubuhku di atas perutnya.

Kupikir kini saatnya untuk penetrasi. Kuangkat pantatku sedikit dan iapun mengerti. Dikangkangkan pahanya lebar-lebar. Kuarahkan penisku ke vaginanya dan, "Masukan To.. Sekarang!" pintanya sambil melebarkan pahanya. Kudorong sekali dan berhasil. Kugerakkan penisku pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat.

Vagina Mbak Atik makin lembab. Atik langsung mengerang hebat merasakan hunjaman penisku yang keras dan bertubi-tubi. Tangannya mencengkeram pinggulku. Gerakan maju-mundurku diimbanginya dengan memutar-mutarkan pinggulnya, semakin lama gerakan kami semakin cepat.

Kini ia semakin sering memekik dan mengerang. Tangannya kadang memukul-mukul punggungku. Kepalanya mendongak ketika kutarik rambutnya dengan kasar dan kemudian kukecup lehernya dan kugigit bahunya.

"Ouhh.. Ehh.. Yyeesshh!"

Setelah beberapa lama kuminta dia untuk di atas. Dengan cepat kami berguling. Tak berapa lama kemudian penisku sudah terbenam di liang vaginanya. Mbak Atik menaikturunkan pantatnya dengan posisi jongkok. Tubuhnya bergerak naik turun dengan cepat dan kuimbangi dengan putaran pinggulku, sementara buah dadanya yang tegak menantang kuremas-remas dengan tanganku. Gerakan kami makin cepat, dan erangan Mbak Atik makin keras. Aku duduk dan memeluk pinggangnya. Kami berciuman dalam posisi Mbak Atik duduk berhadapan di pangkuanku. Aku bebas mengeksplorasi tubuhnya dengan tangan dan bibirku.

Kuangkat tubuhnya sambil berdiri, kugendong dan kuturunkan sebelah kakinya sementara itu kaki yang satunya menjepit pahaku. Kulipat lututku sedikit untuk mengambil posisi yang tepat. Kami bercinta sambil berdiri.

"Aagghh.. Anto.. Luar biasa, kamu kuat sekali," bisiknya.
"Mbak.. Mbak juga nikmat sekali"

Kubawa tubuhnya kembali ke ranjang dan langsung kugenjot dengan menghentak-hentak. Nafas kami semakin memburu. Kuganti pola gerakanku. Kucabut penisku dan kumasukkan kembali setengahnya. Demikianlah kulakukan berulang-ulang sampai beberapa hitungan dan kemudian kuhempaskan pantatku dalam-dalam.

Mbak Atik setengah terpejam sambil mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepanasan. Pinggulnya tidak berhenti bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan yang terjadi akibat gesekan kulit kemaluan kami. Lubang vaginanya yang licin diimbangi dengan gerakan memutar dari pinggulnya membuatku semakin bernafsu. Ketika kuhunjamkan seluruh penisku ke dalam vaginanya, Mbak Atik pun menjerit tertahan dan wajahnya mendongak.

Aku menurunkan tempo dengan membiarkan penisku tertanam di dalam vaginanya tanpa menggerakkannya. Kucoba memainkan otot kemaluanku. Terasa penisku mendesak dinding vaginanya dan sedetik kemudian ketika aku melepaskan kontraksiku, kurasakan vaginanya meremas penisku. Demikian saling berganti-ganti.

Permainan kami sudah berlangsung beberapa saat. Kedua kakinya kuangkat dan kunaikkan di atas pundakku. Dengan setengah berdiri di atas lututku aku menggenjotnya. Kakinya kuusap dan kucium lipatan lututnya. Ia mengerang dan merintih-rintih.

"Ouhh Mbak.. Kita.. Ouuhh!!"

Aku mengangguk dan memberi isyarat kepadanya untuk menutup permainan ini. Ia pun mengangguk setuju. Kukembalikan dalam posisi normal. Kamipun berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran.

Gerakan demi gerakan, pekikan demi pekikan telah kami lalui. Aku semakin cepat menggerakkan pantat sampai pinggangku terasa sakit, namun aku tetap bertahan untuk menyerangnya. Mbak Atik meremas rambutku dan membenamkan kepalaku ke dadanya, betisnya segera menjepit erat pahaku. Badannya menggelepar-gelepar, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, tangannya semakin kuat menjambak rambutku dan menekan kepalaku lebih keras lagi.

Aku pun semakin liar memberikan kenikmatan kepada Mbak Atik yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang.

"Aahh.. Sshh.. Sshh "

Gerakan tubuh Mbak Atik semakin liar.

"Ouoohh nikmatnyaa.. Aku mau keluuarr.. Sampai.."

Bersambung . . .

No comments:

Post a Comment